17 August 2006

Aku dan Kita

Sebentang perjalanan sulit telah aku tuntaskan, mengajariku hal-hal asing tentang kebersamaan, tantangan, keputusan, juga pengabdian. Sungguh, aku lelah dalam sisa-sisa ketidakberdayaanku. Hari-hari semakin larut di antara bayang kecemasan masa depan. Aku kian terdesak. Penantian ini tak juga kunjung terselesaikan. Berapa lama lagi aku harus menungggu?

Sempat kutinggal, entah untuk berapa lama. Tak sanggup lagi menghitung waktu yang berlalu. Musim berganti, namun selalu ada yang tetap tinggal. Sebagaimana juga selalu ada yang pergi dan datang. Mungkin aku tak lagi mesti belajar memilih atau dipilih. Seseorang mesti berpasrah pada kenyataan. Ada hal-hal yang tak bisa kudapatkan darinya. Sebagaimana ada hal-hal yang tak bisa ia dapatkan dariku. Segala sesuatu akan tiba pada tempatnya masing-masing. Walau begitu, aku ingin segalanya tak mesti berbalik arah. Selalu ada proses dan fase untuk berubah. Kuingin segalanya mengalir serupa hujan. Sementara masih banyak kewajiban yang mesti kupenuhi. Dan kemarau belum juga reda. Bayang-bayangnya masih banyak tertinggal di jendela.

Tak ada lagi kata kepastian di mana pun. Hidup selalu bergelut dengan kemungkinan yang tak terduga. Bahkan, kadang penuh puing-puing menyesakkan. Sebelumnya, telah kita tuntaskan kegalauan ini. Sebab riuh angin telah lama mengirimkan duri-duri kekhawatiran di dadaku. Kita kikis habis sudah segala pertanyaan yang mengendap. Belajarlah bersikap dan jujur pada kehendak. Bukankah aku telah cukup mengajarimu berbagai macam kejujuran? Ah, sepertinya tidak! Kita adalah orang-orang yang berbeda. Selalu saja memperdebatkan rasa yang selalu terlalu sulit ditafsirkan.

Bandung, 070605

No comments: