30 November 2007

Bagaimana Kalau Senyummu Itu Adalah Aku?

Selamat pagi.... kubuka jendela dengan enggan. Matamu telah hinggap di cangkir kopiku sedari tadi. Hujan dan angin badai telah pergi. Sekeranjang buah-buah hasil pekarangan dibawanya serta. "Untuk dijual di pasar," ujarnya bersemangat. Tujuh belas lusin tomat telah menunggu di ruang tamu. Duduk gelisah dengan muka bersungut-sungut. Aku tak merasa ada janji hari ini. Tetapi mereka bersikukuh. "Kami telah menunggu 15 menit," teriaknya dengan garang. "Kau makhluk malas penuh dusta. Kami tak menebar percaya hanya untuk pecundang sepertimu." Usai mengumpat semacam itu, mereka berlalu begitu saja. Sungguh, betapa hari ini begitu mengejutkan. Sebenarnya itu belum seberapa. Setelahnya, aku menemukan seekor kerbau betina berenang di bak mandiku. Ia terkejut, aku tercengang. Dengan malu-malu kemudian ia beranjak. "Maaf, habis Mas ditunggu kelamaan sih, jadi saya mandi duluan deh," katanya dengan tersipu.