30 November 2007

Bagaimana Kalau Senyummu Itu Adalah Aku?

Selamat pagi.... kubuka jendela dengan enggan. Matamu telah hinggap di cangkir kopiku sedari tadi. Hujan dan angin badai telah pergi. Sekeranjang buah-buah hasil pekarangan dibawanya serta. "Untuk dijual di pasar," ujarnya bersemangat. Tujuh belas lusin tomat telah menunggu di ruang tamu. Duduk gelisah dengan muka bersungut-sungut. Aku tak merasa ada janji hari ini. Tetapi mereka bersikukuh. "Kami telah menunggu 15 menit," teriaknya dengan garang. "Kau makhluk malas penuh dusta. Kami tak menebar percaya hanya untuk pecundang sepertimu." Usai mengumpat semacam itu, mereka berlalu begitu saja. Sungguh, betapa hari ini begitu mengejutkan. Sebenarnya itu belum seberapa. Setelahnya, aku menemukan seekor kerbau betina berenang di bak mandiku. Ia terkejut, aku tercengang. Dengan malu-malu kemudian ia beranjak. "Maaf, habis Mas ditunggu kelamaan sih, jadi saya mandi duluan deh," katanya dengan tersipu.

31 October 2007

November

November (1)

ada gugur rumput cahaya
di rambutmu musim telah mekar
tiga puluh jejak para petualang
hinjit menyusur petakan sawah

bukit yang berselimut
hujan telah berkarat
di sungai-sungai
kurayu kau pada ibu
memikul benih matahari
juga remah-remah laut

kala malam melumpur
ribuan cemas membajak matamu
telah kucerca kemarau
batu-batu menyimpan kebisuan
kitab suci terbakar di wajahmu
dan sunyi yang membusuk


Indramayu, 1 nov 07


November (2)

ada bulan tinggal
sepotong
aku kunyah
p e l a n - p e l a n
rasanya
tawar
dan basah
untuk mengusir
k e s a l
karena terlalu banyak
ku merinduimu, Ca n t ik


Indramayu, Nov 2007

29 October 2007

Violet Oktober

suatu hari yang lengang. seorang perempuan menengadah. matahari masih juga belum ramah. guguran daun kering hanyut tersapu angin berembus. perempuan itu menatap kota. tak ditemukannya lagi kegembiraan yang meluap.
"aneh," gumamnya, "padahal baru lima hari silam aku terdampar di kota itu."
seorang tua tertatih melewatinya. beban di pundaknya bergelayut hampir menyentuh tanah. tapi tak ada yang hirau.
perempuan itu tak lagi menengadah dan menatap kota, namun masih juga ia ingat malam yang telah berlalu.
malam yang rikuh dan gaduh. tempat di mana ia menemukan remah-remah kecemasan. ia tak pernah kunjung mengerti. apakah kali ini ia harus pergi atau justru kembali.

Indramayu, 13 Oktober 2007

06 August 2007

School of Rock

Bergayeeee neeeh ....










Hidup mengajari kita untuk senantiasa memilih. Aku tiba pada sebuah penghentian sementara. semacam fase hidup yang harus dijalani. Setiap pilihan tentu menawarkan sebuah konsekuensi. Apapun itu, sebuah keputusan harus kita pertaruhkan dengan segala risikonya. Selamat datang tantangan! Semoga setiap perjalanan membuahkan kebesaran jiwa dan kebijakan hati! Dan inilah sekelumit rekaman peristiwa dari masa-masa yang telah dijalani. Selamat menikmati.















Mega Mendung, Puncak. Pelatihan Tenaga Pendidik SMA Unggulan Dai An-nur

Aku menemukan timbunan rute yang baru. Wajah-wajah, benda-benda, dan berbagai peristiwa hilir mudik menerka jalan hidupnya masing-masing. Tatap mata kosong, garis lelah, dan tubuh yang rikuh kulihat di sepanjang perbincangan. Ada harap yang asing. Mencerna sejuta kemungkinan. Mari kita bertaruh. Namun bukan tentang menang atau kalah. Melainkan sebuah keyakinan. Mendekatlah, selama kita bersama, segalanya bukanlah apa-apa!

The Dream Team SMA Unggulan Dai An-nur Indramayu








Sampai jumpeee kali depan yeeee

16 May 2007

My Journey




Jalan-jalan di Monas, hehehe




05 April 2007

Melodrama Malam

I
bagai kucium aroma laut dari padang angkasa
di matamu kesabaran menjelma ombak
dan aku ialah pengembara yang kehilangan jejak
yang tak pernah bersetia pada apa pun
terlebih pada kerinduan setiap ibu
mari menuai rasa khawatir di dadamu
sebab perahu-perahu telah mulai beranjak
bayang matahari telah terbakar oleh kecemasan
dan langit tak lagi berkeluh kesah
menangislah bila bosan pada kata-kata
sepotong janji telah bermalam pada kalbuku
melumat setiap musim dan gelap malam
diam-diam mencerna rasa cinta yang tawar
aku kehilangan seribu satu cara untuk lari
serupa pertapa kehilangan segenap keyakinan

II
bagai kuhirup wangi cahaya dari tebar samudra
di senyummulah setiap kabar bersemayam
telah kujahit cakrawala airmata yang risau
memahat guguran doa-doa yang dilantunkan para nelayan
dedaunan berkirim salam pada peta perjalanan
aku tak lagi mampu membedakan tatapmu
berselimut kupu-kupu yang menelan rasa sedih
jangan lagi terlelap dalam amarah hujan
bahkan pasir pantai tak mengenal jalan pulang
seiring embun menguntai kekalahan
dipelukmulah kericuhan itu bersemayam
tak pernah usai membalut segenap dendam
kematian bukanlah alasan untuk batu-batu
berdiam dalam penyesalan yang gundah
aku tak lagi mengenang reruntuhan kota
karena jalan-jalan tak henti berputus asa

III
bagai kutatap gelombang dan badai di setiap senja
mencerna usia dan wajahmu yang berbayang masa lalu
usailah meratap diam-diam di sudut kelam
mengenalmu tak pernah surut kesabaran
dengan keceriaan yang selalu jinak
sebab tangis ialah bagai deru perang
memecah bunga-bunga serupa hujan
jangan biarkan hidup terus merasa kehilangan
karena setiap pejalan mengemas harapan

Indramayu, 05 April 2007

03 March 2007

My New World

hidup selalu mengantarkanku dalam sebuah likuan tajam. bayang masa depan yang mengabur, juga timbunan masa lalu yang renyah, menawarkan kegilaan yang akut. telah ku saksikan perseteruan peristiwa. jalanan yang bising dengan lalu-lalang deru, juga hidangan menggoda amarah yang kalut. di sinilah aku terdampar. aku bisa menyaksikan hamparan kegalauan matahari, bersama senja yang basah ia tertunduk. menyelam dalam samudra kerisauan malam yang akan datang.

bersamamu telah ku kecam hari-hari. dengan perdebatan panjang yang tampak jinak. matamu kian berwarna jingga. celoteh anak-anak kita kian riang, bahkan kala tanpa kehadiranmu. berapa banyak awan yang harus ku persunting untukmu. sementara wajah-wajah kita mungkin kian membatu tersengat rasa benci. tak perlu merajuk, sunyiku belum lagi bosan. berencana menyusun sengketa yang telah membuatku semakin porak-poranda. anehnya, masa silam kita tak pernah meruntuh. bersembunyi lekat dalam bayang daun-daun. bersendawa keras-keras pada dunia. kian membuktikan bahwa tuhan memang benar-benar ada.
berjaraklah, wahai waktuku. sebab airmata senantiasa luka.

Indramayu, 4 February 2007