05 April 2007

Melodrama Malam

I
bagai kucium aroma laut dari padang angkasa
di matamu kesabaran menjelma ombak
dan aku ialah pengembara yang kehilangan jejak
yang tak pernah bersetia pada apa pun
terlebih pada kerinduan setiap ibu
mari menuai rasa khawatir di dadamu
sebab perahu-perahu telah mulai beranjak
bayang matahari telah terbakar oleh kecemasan
dan langit tak lagi berkeluh kesah
menangislah bila bosan pada kata-kata
sepotong janji telah bermalam pada kalbuku
melumat setiap musim dan gelap malam
diam-diam mencerna rasa cinta yang tawar
aku kehilangan seribu satu cara untuk lari
serupa pertapa kehilangan segenap keyakinan

II
bagai kuhirup wangi cahaya dari tebar samudra
di senyummulah setiap kabar bersemayam
telah kujahit cakrawala airmata yang risau
memahat guguran doa-doa yang dilantunkan para nelayan
dedaunan berkirim salam pada peta perjalanan
aku tak lagi mampu membedakan tatapmu
berselimut kupu-kupu yang menelan rasa sedih
jangan lagi terlelap dalam amarah hujan
bahkan pasir pantai tak mengenal jalan pulang
seiring embun menguntai kekalahan
dipelukmulah kericuhan itu bersemayam
tak pernah usai membalut segenap dendam
kematian bukanlah alasan untuk batu-batu
berdiam dalam penyesalan yang gundah
aku tak lagi mengenang reruntuhan kota
karena jalan-jalan tak henti berputus asa

III
bagai kutatap gelombang dan badai di setiap senja
mencerna usia dan wajahmu yang berbayang masa lalu
usailah meratap diam-diam di sudut kelam
mengenalmu tak pernah surut kesabaran
dengan keceriaan yang selalu jinak
sebab tangis ialah bagai deru perang
memecah bunga-bunga serupa hujan
jangan biarkan hidup terus merasa kehilangan
karena setiap pejalan mengemas harapan

Indramayu, 05 April 2007

No comments: