28 July 2006

Sajak-Sajak Negeri Airmata

PROLOG NEGERI AIRMATA

Telah aku lihat gemuruh airmata
Pada hamparan negeri yang kini luka
Menjelma lautan ombak darah dan kematian
Langit pun bergetar mendekap kesunyian yang tiba-tiba

Doa-doa bertebaran di udara
Menghantarkan timbunan mayat terbuang
Tinggalkan hamparan puing-puing kepedihan
Juga sejarah yang semakin kelam

Telah aku lihat gemuruh airmata
Pada tepian negeri yang semakin hilang
Terkubur runtuhan langit perih
Dan kenangan yang kian menghitam

Bandung, Mei 2005


Episode Negeri Airmata 1

Lihatlah, airmata itu telah menganak sungai
Terlalu banyak derita yang ditanggung negeri ini,
Akan kemana kita melangkah sekarang
Di mana pun tak ada jalan pulang yang damai
Terbuanglah kita para pejalan yang selalu tersesat

Bandung, Mei 2005


Episode Negeri Airmata 2

Riuh kenangan yang runcing telah melukai tidurku
Kota-kota memenuhi jiwaku dengan senapan dan peluru
Jalanan sentiasa berdarah dalam kalut
Hukumlah kami, wahai angkasa
Sebab tak ada lagi cinta di mana pun

Bandung, Mei 2005


Episode Negeri Airmata 3

Biarlah kemalangan itu mengalun bersama udara
Mari kita menari dalam secawan anggur hidup
Kesenangan itu masih terlalu berlimpah, Nona
Sebab kemalangan jenis apapun tak kan mampu menikam dunia
Sudahi saja segala keluh kesah
Mari kita tertawa dan berlupa

Bandung, Mei 2005


Episode Negeri Airmata 4

Tidakkah kita sadari arti kefanaan
Persinggahan sementara, juga sia-sia
Setiap gelap pasti menyimpan terangnya
Biarkan harap itu bangkit dari dasar lautan
Mengembangkan setiap kemurungan para pendosa
Dan kita masih melihat angin bertiup menunjuk jalan

Bandung, Mei 2005


Episode Negeri Airmata 5

Ketabahan macam apa yang miliki setiap manusia
Bukankah tak ada yang mampu menghindar dari kuasaNya
Berserahlah.....
Berserahlah wahai makhluk-makluk yang diciptakan
Tak ada kekuatan bagi kita selain untuk mengabdi
Sambut hempasan luka ini dengan kepasrahan
Rindukan pertemuan dengan cintaNya

Bandung, Mei 2005


Episode Negeri Airmata 6

Kamilah jiwa-jiwa petaka
Biarlah kami menyadarkan diri dalam bencana
Mengharap pengampunanMu adalah satu-satunya jawaban
Iringkan kami pada jalan ketenangan
Hanya di sisiMu kami berserah
Dalam kepasrahan para pendosa
Di negeri berlumur airmata

Bandung, Mei, 2005


EPILOG NEGERI AIRMATA

Telah kami pasrahkan jiwa-jiwa pendosa
Biarlah malam mengabarkan segala yang patut kami terima
Tersungkur dalam sujud-sujud keheningan
Di antara lantunan harap dan doa yang masih bergema
Mengalun dalam tangis dan pedih yang menikam

Sebab hanya pada-Mu kami berpulang
Sebab hanya pada-Mu kami mengabdi
Sebab hanya pada-Mu kami berserah

Menyusun kembali asa yang terserak
Dalam kepingan sisa waktu
Dan kerinduan
Hanya pada-Mu
Ya, Rabbi ...

Bandung, Mei 2005


Nb: sajak-sajak ini terintegrasi dalam sebuah naskah pagelaran berjudul Negeri Airmata yang saya kreasikan untuk pementasan murid-murid di Bangkel Sastra SMU Pasundan 8

No comments: