28 July 2006

Lautan Cinta dalam Puisi (Sebuah Tinjauan Singkat)

Perempuan datang atas nama cinta.
Bunda pergi karena cinta.
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu.
Seperti bulan lelap tidur di hatimu,
yang berdinding kelam dan kedinginan.
Ada apa dengannya?


Teks puisi tersebut diambil dari skenario film Ada Apa Dengan Cinta (AADC) yang beberapa waktu sempat populer di kalangan remaja. Pembaca awam pun bisa melihat kebermaknaan cinta dalam puisi tersebut. Hal ini juga akan kita temui dalam banyak puisi lainnya. Mengapa banyak sekali puisi-puisi yang bertema cinta? Kenyataan ini kemudian menggelitik pikiran saya. Ada apa dengan Cinta (dan Puisi)? Hal itu mungkin bisa dijadikan suatu pembahasan yang menarik. Semoga!

Esensi Cinta
Tuhan menjadikan perasaan cinta sebagai kodrat yang harus ditanggung oleh setiap manusia. Bagaimana pun bentuknya, setiap manusia pasti pernah merasakan cinta. Walaupun demikian, cinta adalah hal paling abstrak yang dimiliki manusia. Konon, cinta adalah suatu misteri: cinta hanya bisa dirasakan dan tidak untuk didefinisikan. Oleh sebab itu, berbagai pengertian cinta yang diciptakan orang tak pernah sampai pada hakikat cinta sebenarnya. Lagi pula, cinta yang kita tafsirkan sangat tergantung pada berbagai hal, misalnya tujuan, konteks, serta pemahaman masing-masing. Jangan berpikir sempit dengan menggambarkan cinta hanya sebagai luapan perasaan dan berahi antara dua jenis kelamin yang berbeda (pria-wanita). Tidak! Cinta lebih luas dan dalam dari hanya itu. Lalu, cinta itu apa? Tak perlu kita merepotkan diri merenung berabad-abad dengan pertanyaan filosofis abstrak semacam itu. Seperti meniru kata Are, tokoh dalam film Brownis, “Biarkan cinta mengungkapkan sendiri rasanya!”

Puisi dan Cinta
Karena cinta adalah sebuah keniscayaan yang dimiliki setiap manusia, maka kita tak bisa menghindar darinya. Cinta itu manusiawi. Setiap manusia pernah mengalami cinta, pada apa pun, kapan pun, dan bagaimana pun. Cinta itu sendiri merupakan salah satu dari apa yang dirasakan dalam hati. Sementara menurut KH. Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), hati (Qolbu) adalah pusat organ tubuh manusia. Perasaan, pikiran, dan jiwa manusia juga terkontrol oleh hatinya. Jika hati adalah pusat, maka cinta adalah virus yang dengan cepat merasuk ke setiap ruang. Jadi, jika cinta telah menguasai hatinya, maka cinta pulalah pikiran, perasaan, dan jiwanya. Lalu, apa pula kaitan cinta dan puisi?
Puisi adalah salah satu sarana pengungkapan sesuatu atau apa yang dirasakan, baik itu oleh pikiran, perasaan, maupun oleh jiwa. Puisi menampung segala yang dirasakan untuk kemudian diungkapkan. Apabila pikiran, perasaan, maupun jiwa seseorang telah terbelenggu dengan rasa cinta, maka cinta pulalah puisinya. Karena puisi hanya berperan sebagai wadah atau media apa yang dirasakan dan diungkapkan. Nah, Tak heran jika banyak puisi bernada cinta, karena cinta adalah salah satu hal yang paling banyak dirasakan manusia.

Lautan Cinta
Dari pemikiran di atas, kita bisa memperoleh gambaran mengenai keterkaitan cinta sebagai apa yang dirasakan dan puisi sebagai media pengungkapan rasa cinta itu sendiri. Cinta bisa menjelma apa saja dalam puisi. Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa ada banyak puisi yang bertema cinta. Salah satu puisi menarik yang menggunakan tema cinta sebagai kekuatannya adalah puisi Sapardi Djoko Damono berikut:

AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu
Kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan
Kepada hujan yang menjadikannya tiada


Dengan puisi ini, Sapardi sepertinya ingin membawa pembaca pada dimensi cinta yang lain. Dengan kata-kata sederhana, namun begitu menghayutkan dan membawa pembaca pada imaji ketenangan riak-riak kecil di tengah-tengah samudra. Lautan luas yang penuh dengan hamparan cinta yang dalam. Senantiasa menggoda kita untuk selalu terlarut di dalamnya. Demikianlah kekuatan cinta dalam puisi bagaikan hamparan lautan yang memenuhi segenap ruang hati. Kini, ijikanlah saya untuk tenggelam di dalamnya.

No comments: